Jalan Sunyi dan Rambut Gimbal : Sebuah Interpretasi atas Kehidupan Gus Qomari
Oleh: Halim (kolumnis, penggiat Literasi dan pelukis di Kota Batu)
Dunia Mistisisme Islam (Tasawuf) adalah sebuah jalan yang benar-benar unik. Dunia ini memiliki khazanah kekayaan intelektual, pemikiran, dan metode pendekatan kepada Allah (thoriqah) yang beragam. Mulai Tasawuf dengan pendekatan filosofis ala Suhrawardi Al-Maqtul, kesadaran ala Imam Junaid al-Baghdadi, sampai sufisme yang dilanda mabuk kepada Allah layaknya Syaikh Husain bin Manshur al-Hallaj. Dalam golongan yang terakhir inilah, barangkali sosok Gus Qomari dapat diklasifikasikan, digolongkan, meski tidak pernah terlontar darinya kata-kata, ‘Ana al-haq’ seperti yang pernah diucapkan oleh al-Hallaj.
Sebagai sebuah disiplin ilmu, Tasawuf telah mengenal istilah ‘jadzab’ sebagai ungkapan yang kerap disematkan kepada mereka yang kesadaran dirinya tertarik dalam gelora samudera mahabatullah. Mereka para Sufi yang telah memasuki fase jadzab, kerap mempunyai tingkah laku yang unik, aneh, dan diluar kebiasaan manusia pada umumnya. Seperti meninggalkan ketenaran, lebih banyak diam, berambut gimbal, dan tidak pernah memperhatikan kondisi diri, seperti gambaran tentang sosok Gus Qomari yang terekspos dalam lembar-lembar buku sederhana ini. Hadirnya buku semacam ini sedikit mengisi kekosongan akan dunia literasi kita tentang khazanah sufi Nusantara, terutama dari jenis ‘majdzub’. Karena Indonesia sebagai negara dengan penduduk mayoritas beragama Islam terbesar di dunia, sangat kaya akan ulama-ulama besar terutama yang mempunyai kecenderungan kepada aspek sufistik (batin). Gus Qomari adalah salah satunya.
Gus Qomari demikian sosok yang unik ini dikenal, pada masanya ia kerap diperbincangkan atau bahkan dicari oleh banyak orang dengan berbagai latar belakang. Sosok satu ini sangat misterius. Aneh. Dan juga legendaris, terutama di kawasan Malang Barat, Kediri, dan Jombang sebagai kediamannya. Penampilan-nya sangat unik dan juga eksentrik. Sepengetahuan kami, belum ada satupun buku yang ditulis, yang berusaha merekam jejak perjalanan spiritual Gus Qomari. Buku berjudul ‘Narasi tentang sebuah Jalan Sunyi, Kisah dan Sketsa Gus Qomari’ karya Alfi Saifullah inilah yang pertama kali berusaha mengulas sosok asketik tersebut. Buku yang juga tergolong unik ditengah banyak pilihan tema yang perlu diulas. Karena itu, buku ini layak untuk dibaca, dicermati dari halaman per halaman sampai tuntas. Barangkali anda akan menemukan hikmah-hikmah yang terselip didalam deretan kalimat per kalimatnya.
Walhasil, sebagai pembaca dan penikmat buku ( juga penggiat Literasi) saya merespon positif dengan hadirnya buku ini. Meski banyak cerita-cerita tentang Gus Qomari yang belum sepenuhnya termaktub dalam buku ini, sehingga belum bisa dikatakan sempurna. Karena seperti kata pepatah, ‘Buku yang sempurna adalah buku yang belum pernah ditulis’. Semoga bermanfaat. Dan saya berharap (juga berdoa) kedepannya, akan lahir banyak karya yang berusaha mengekspos khazanah Ulama Nusantara, agar tidak terkubur oleh roda zaman yang terus berputar dengan gegap gempita. Semoga.
Salam Literasi.