HAUL KH Abdul Halim Ke-52 JAGASARA
Mewasilahi kembali Bertemunya Ruh Jagasara Dan Cirebon Dalam Nilai-Nilai ASWAJA
CIDAHU-KUNINGAN. Kurang lebih ribuan santri, alumni, dan masyarakat umum menghadiri Haul Akbar ke-52 pendiri pondok pesantren Jagasara KH. Abdul Halim dan Ibu Nyai Hindasah, yang digelar pada Ahad 17/11/24 di Kampung Jagasara Desa Cieurih Kecamatan Cidahu Kabupaten Kuningan.
KH. Abdul Halim dikenal dengan sosoknya yang alim, sederhana dan karismatik. Bahkan beliau merupakan salah satu tokoh pendiri NU di Kabupaten Kuningan.
Ustadz Tatang selaku perwakilan keluarga besar Bani Halim dalam sambutannya menyampaikan terimakasih yang terdalam kepada para tamu undangan serta seluruh jamaah yang telah hadir dan mengirimkan do’a. Terimakasih juga disampaikan kepada jajaran panitia, pemuda jagasara, dan Keluarga Besar Nahdlatul Ulama Kecamatan Cidahu, Muslimat NU, Ansor Banser, Fatayat NU, IPNU IPPNU, PAGAR NUSA Kecamatan Cidahu yang telah bahu-membahu mensukseskan kegiatan haul tersebut terkhusus kepada para panitia, IPEJA, Keluarga Besar Nahdlatul Ulama Kecamatan Cidahu.
“Semoga segala kebaikan yang telah diberikan menjdi jalan kebaikan dan keberkahan untuk kita semua”
Sementara itu Kyai Ma’sum selaku perwakilan alumni menekankan kepada seluruh jamaah terlebih kepada santri maupun alumni untuk selalu “istiqomah dalam mengamalkan ilmu yang telah diajarkan oleh guru-guru kita, menjaga citra pesantren serta sama-sama kita besarkan Ponpes Jagasara ini” ujarnya.
Hadir juga dalam gelaran haul tersebut KH. Ahmad Hasan Benda Kerep, KH Athoillah Sarajaya, KH Umar Mahmud Gedongan, dan Gus Imron Buntet. Kehadiran tokoh-tokoh tersebut menambah kesakralan untuk bernostalgia bahwa pada zaman penjajahan dahulu, Kampung Jagasara adalah tempat berkumpulnya para laskar hizbullah. Catatan sejarah ini disampaikan oleh keluarga Gedongan dan keluarga Jagasara. Hal tersebut dikuatkan juga oleh KH Abu Bandung sari Brebes yang menuturkan:
“Ponpes Jagasara merupakan basis pergerakan pejuang Nahdlatul Ulama, bahkan pejuang-pejuang dari Benda kerep, Buntet, Gedongan dan Babakan Ciwaringin pernah menyusun strategi perang pada masa penjajahan Belanda dan Jepang”
Acara haul tersebut diisi dengan berbagai kegiatan, seperti pembacaan Khotmil Qur’an, Tahlil Akbar, Mahalul Qiyam dan Mauidhoh Hasanah yang disampaikan oleh Prof. Dr. KH. Said Aqil Sirodj, MA. (Mustasyar PBNU)
Dalam ceramahnya, Prof. Dr. KH Said Aqil Sirodj, MA selaku Mustasyar PBNU menekankan pentingnya menjaga akhlaq yang baik. Menurutnya, akhlak memiliki peran dan posisi penting dalam kehidupan masyarakat Indonesia. Sebagaimana hal tersebut dicontohkan oleh Mbah Yai Abdul Halim bahwa beliau tidak mewarisi harta, sawah maupun uang. Akan tetapi yang beliau warisi adalah akhlaknya Mbah Yai Abdul Halim.
Seluruh rangkaian acara berlangsung dengan khidmat dan dihadiri oleh kurang lebih ribuan santri, alumni, jamaah, serta tamu undangan yang memadati lokasi haul.