Dari Tanah Suci, Ketua PCNU Kuningan Suarakan Keprihatinan atas Tayangan Trans7 yang Dianggap Melecehkan Kiai dan Pesantren
đź•‹ Pernyataan Ketua PCNU Kabupaten Kuningan
Dr. KH. Aminuddin, S.HI., M.A.
Dari Tanah Suci Makkah Al-Mukaromah
Terkait Tayangan Trans7 yang Dianggap Melecehkan Kiai dan Pesantren
Makkah Al-Mukaromah, 14 Oktober 2025 – Di antara jutaan doa yang terlantun di Tanah Suci ini, terselip rasa pilu mendalam ketika mendengar kabar tentang tayangan di Trans7 yang dianggap melecehkan kiai dan pesantren — dua mata air moral yang selama ini menjaga kesejukan bangsa.
“Saya sedang di Makkah, tempat orang datang untuk membersihkan hati, namun kabar itu membuat dada terasa sesak. Betapa mudahnya sebagian orang menertawakan kiai, seakan lupa bahwa dari tangan-tangan kiai lah lahir orang-orang yang dahulu mengajarkan mereka membaca dan mengenal Tuhan,” tutur KH. Aminuddin dengan nada teduh namun tegas.
Beliau menjelaskan, kiai tidak hidup dari amplop santri, tetapi dari keberkahan ilmu dan ridha Allah.
“Kalau ada yang mengira kiai itu berlebihan karena menerima pemberian, mungkin ia sedang menilai dengan kacamata yang tertutup debu dunia. Apa yang mereka anggap amplop, bagi santri adalah bentuk ta’dzim dan cinta. Tapi barangkali, bagi sebagian redaksi yang akrab dengan amplop, sulit membedakan antara sedekah dan sogokan,” ucapnya dengan sindiran lembut namun dalam.
KH. Aminuddin menegaskan, pesantren bukan tempat kemiskinan bertahan, melainkan tempat kemuliaan dilahirkan.
“Pesantren mengajarkan hidup sederhana bukan karena tidak mampu, tapi karena paham makna cukup. Dari sanalah lahir generasi yang kuat imannya dan rendah hatinya. Maka, menertawakan pesantren sama saja seperti menertawakan akar pohon yang memberi kehidupan pada ranting yang sombong,” katanya.
Beliau mengimbau manajemen Trans7 untuk menyampaikan permohonan maaf secara terbuka dan meninjau kembali etika penyiarannya, agar tidak menjadikan kebebasan pers sebagai alasan untuk melukai akal dan perasaan umat.
“Pers memang bebas, tetapi kebebasan tanpa adab adalah kebebasan yang kehilangan arah. Kata-kata yang lahir tanpa tanggung jawab bisa menjadi fitnah yang lebih tajam dari pedang. Semoga rekan-rekan di media dapat belajar menulis dengan hati, bukan hanya dengan rating,” ujar KH. Aminuddin.
Lalu di depan Ka’bah saya merenung lama…
Bahwa kehormatan kiai tak perlu dibela dengan teriak, cukup dengan doa yang tulus dan ilmu yang istiqamah.
Sebab seperti air zamzam, barokah pesantren akan terus mengalir —
meski banyak tangan mencoba menutup sumbernya.
Makkah Al-Mukaromah, 14 Oktober 2025
Atas nama Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama Kabupaten Kuningan
Dr. KH. Aminuddin, S.HI., M.A.
Ketua PCNU Kabupaten Kuningan




