
KUNINGAN – Polemik tunjangan DPRD Kuningan senilai Rp36,5 juta/bulan per anggota mendapat sorotan luas. Setelah mahasiswa Cipayung Plus menyampaikan desakan penghapusan tunjangan rumah Rp22 juta dan transportasi Rp14,5 juta, kini giliran Ketua PCNU Kabupaten Kuningan, Dr. KH. Aminuddin, S.HI., MA, angkat bicara.
Dalam keterangannya, Ketua PCNU menegaskan bahwa meski NU tidak masuk dalam ranah teknis politik anggaran, namun sebagai kekuatan moral tidak bisa menutup mata terhadap jeritan hati rakyat.
“NU hadir bukan untuk mengurusi teknis anggaran, tetapi untuk mengingatkan dengan suara moral. Apa yang disampaikan adik-adik mahasiswa Cipayung Plus adalah suara rakyat kecil yang patut dihargai. Kritik itu jangan diremehkan,” ujar KH. Aminuddin, Minggu (14/09/2025).
Menurutnya, tunjangan fantastis DPRD terasa melukai keadilan sosial di tengah masih banyaknya masyarakat yang kesulitan memenuhi kebutuhan dasar.
“Kalau rakyat masih harus memilih antara beli beras atau bayar listrik, sementara anggota dewan mendapat tunjangan rumah Rp22 juta plus kendaraan Rp14,5 juta setiap bulan, itu namanya keadilan yang pincang. Kritik mahasiswa justru alarm nurani agar pemegang amanah tidak terlena,” tegasnya.
Ia mengingatkan kembali pesan Rasulullah SAW bahwa pemimpin adalah pelayan umat, bukan yang dilayani. “Jabatan itu amanah, bukan fasilitas untuk kemewahan. Jangan sampai kita hidup nyaman di menara gading, sementara rakyat masih berjuang menanak nasi,” katanya.
KH. Aminuddin menambahkan, kritik mahasiswa harus dilihat sebagai vitamin untuk memperbaiki arah kebijakan, bukan dianggap racun. “Kritik memang pahit, tapi seperti obat, justru menyembuhkan bila ditelan. NU berharap pemerintah maupun DPRD membuka hati dan telinga,” sambungnya.
Dengan analogi sederhana, ia menggambarkan kondisi fiskal daerah seperti kapal bocor yang tidak pantas jika nakhoda dan awaknya meminta kamar VIP. “Justru mereka harus turun bersama rakyat, menimba air agar kapal tidak tenggelam. Jangan biarkan rakyat jadi tikar usang yang diinjak, sementara pejabat duduk nyaman di kursi empuk,” tuturnya.
Akhirnya, PCNU Kuningan mengajak semua pihak untuk mengedepankan empati sosial, bersikap sederhana, dan memprioritaskan belanja publik yang benar-benar menyentuh kebutuhan rakyat. “Itulah bentuk nyata cinta kepada Kuningan, agar keberkahan hadir dan rakyat merasa memiliki pemimpin yang peduli,” pungkasnya.


